Tangerang Jadi Sorotan: 96 dari 492 Preman Ditangkap di Operasi Polda Banten
Aksi premanisme di wilayah Banten kini mendapat perhatian serius dari aparat kepolisian. Dalam operasi besar-besaran yang digelar oleh Polda Banten, sebanyak 492 orang yang diduga preman berhasil diamankan. Menariknya, dari total tersebut, 96 orang ditangkap di Tangerang, menjadikan kota ini sebagai wilayah dengan jumlah tangkapan tertinggi dalam operasi tersebut.
Operasi Bersih Premanisme
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemberantasan aksi premanisme yang sering meresahkan masyarakat. Dalam konferensi pers yang digelar di Mapolda Banten, Kapolda Irjen Pol Abdul Karim menyebut bahwa operasi ini dilakukan secara serentak di berbagai kabupaten/kota di wilayah hukum Polda Banten, termasuk Serang, Cilegon, Lebak, Pandeglang, hingga Tangerang.
Menurutnya, banyak dari para pelaku ini kedapatan melakukan praktik pemalakan, parkir liar, intimidasi, hingga pemerasan terhadap pengusaha kecil maupun pengendara di jalan raya. Tak sedikit pula yang diketahui terlibat dalam jaringan kriminal jalanan yang lebih luas.
“Kami tidak akan memberi ruang bagi siapapun yang membuat keresahan di masyarakat. Premanisme adalah musuh bersama,” tegas Irjen Abdul Karim.
Tangerang Paling Banyak
Dari semua wilayah yang disisir, Tangerang mencatatkan angka paling tinggi dalam jumlah penangkapan. Total 96 orang diamankan dari berbagai titik rawan, termasuk kawasan pasar, terminal, perempatan jalan, serta area proyek konstruksi. Polisi menyebut, sebagian besar dari mereka merupakan pelaku pengulangan dengan rekam jejak pelanggaran serupa.
Wakapolres Metro Tangerang, AKBP Bambang Yudhantara, menyampaikan bahwa pihaknya menerima banyak laporan masyarakat soal pungli dan aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok preman.
“Kami bergerak berdasarkan laporan masyarakat dan temuan di lapangan. Keberadaan mereka menghambat ketertiban umum dan kegiatan ekonomi warga,” jelasnya.
Respons Masyarakat
Warga menyambut baik tindakan tegas aparat. Seorang pedagang pasar tradisional di Tangerang mengaku lega setelah selama berminggu-minggu harus membayar ‘uang keamanan’ setiap harinya kepada sekelompok orang tak dikenal.
“Setiap hari saya harus keluar Rp10.000 sampai Rp20.000 buat keamanan. Kalau gak kasih, mereka marah-marah dan ancam,” ucap Sari, pedagang sayur di kawasan Pasar Anyar.
Operasi ini memberi harapan baru bahwa kondisi keamanan lingkungan bisa dipulihkan, dan aktivitas ekonomi warga dapat berjalan tanpa tekanan dari pihak-pihak tak bertanggung jawab.
Tindak Lanjut dan Pembinaan
Kapolda Banten juga menegaskan bahwa mereka yang tertangkap akan dipilah sesuai tingkat pelanggarannya. Bagi yang terbukti melakukan tindak pidana, proses hukum akan ditegakkan. Sementara yang terjaring tanpa unsur pidana akan menjalani pembinaan sosial dan diminta menandatangani surat pernyataan.
“Ini bukan hanya soal penangkapan. Kami ingin memberi efek jera, tapi juga memberi kesempatan untuk berubah bagi mereka yang bersedia dibina,” imbuhnya.
Operasi ini menjadi sinyal kuat bahwa premanisme tak lagi mendapat tempat di ruang publik, terutama di kawasan urban seperti Tangerang. Dengan dukungan masyarakat dan tindakan tegas dari aparat, harapannya adalah terciptanya ruang yang lebih aman, tertib, dan manusiawi bagi semua lapisan warga.