Fenomena Embun Es di Dieng Muncul Lagi: Suhu Tembus Minus 2 Derajat Celcius
Dataran tinggi Dieng kembali menunjukkan keunikannya yang selalu dinantikan saat musim kemarau datang. Suhu udara yang ekstrem di kawasan ini kembali menembus titik beku, bahkan mencapai minus 2 derajat Celcius, memunculkan fenomena tahunan yang dikenal sebagai embun es atau “bun upas” oleh masyarakat lokal.
Lanskap Dieng Diselimuti Kristal Es
Fenomena embun es yang muncul pada dini hari hingga pagi ini langsung menarik perhatian warga dan wisatawan. Rumput, dedaunan, dan atap rumah terlihat diselimuti lapisan es tipis berwarna putih, menciptakan lanskap yang menyerupai hamparan salju. Suasana ini menambah eksotisme Dataran Tinggi Dieng yang berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.
Sejumlah pengunjung bahkan rela datang dini hari untuk menyaksikan langsung perubahan wajah alam Dieng. “Rasanya seperti di luar negeri. Semua permukaan jadi putih dan dinginnya menusuk tulang. Tapi pemandangannya luar biasa,” ujar Sari, wisatawan asal Jakarta yang mengabadikan momen tersebut lewat kamera ponselnya.
Penyebab Embun Es: Musim Kemarau dan Langit Cerah
Menurut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), embun es terjadi karena suhu permukaan tanah yang turun drastis pada malam hari saat musim kemarau. Langit yang cerah tanpa awan menyebabkan radiasi panas bumi terlepas sempurna ke atmosfer, membuat suhu di permukaan tanah jatuh hingga di bawah nol derajat.
“Fenomena ini biasa terjadi antara bulan Juli hingga Agustus, terutama saat cuaca sangat cerah dan kelembapan rendah,” jelas Kepala BMKG Banjarnegara.
Dampak bagi Warga dan Petani
Meski fenomena ini indah untuk dilihat, embun es seringkali membawa dampak serius bagi petani lokal. Suhu ekstrem bisa merusak tanaman hortikultura seperti kentang, wortel, dan bawang daun yang menjadi sumber penghasilan utama masyarakat Dieng.
“Daun-daun tanaman jadi kering dan membusuk. Kalau berlangsung beberapa hari, hasil panen bisa gagal total,” keluh Pak Slamet, salah satu petani kentang.
Sebagai langkah antisipatif, sebagian petani menutup tanaman mereka dengan plastik pada malam hari atau menunda masa tanam hingga cuaca kembali stabil.
Daya Tarik Wisata Musiman
Meski membawa risiko, embun es justru menjadi magnet wisata musiman yang unik. Pemerintah daerah bersama pelaku pariwisata menjadikan fenomena ini sebagai bagian dari promosi wisata alam. Tidak jarang, hotel dan homestay di kawasan Dieng mengalami lonjakan tamu selama musim embun es berlangsung.
“Banyak wisatawan datang hanya untuk melihat bun upas. Kami siapkan fasilitas sedemikian rupa agar mereka bisa menikmati tanpa mengganggu aktivitas warga,” kata seorang pengelola homestay di Dieng Kulon.
Fenomena embun es di Dieng bukan hanya penanda musim kemarau ekstrem, tetapi juga simbol betapa uniknya alam Indonesia. Dari keindahan kristal es di pagi hari hingga tantangan bagi para petani, semua menjadi bagian dari dinamika hidup di dataran tinggi. Selama masyarakat tetap waspada dan pengunjung menjaga ketertiban, embun es bisa menjadi daya tarik yang membawa manfaat bagi semua pihak.